Kalau diingat-ingat, dari kecil saya sudah akrab dengan membaca buku. Dulu, di kompleks tempat saya tinggal terdapat perpustakaan yang sering sekali saya kunjungi. Bukan perpustakaan besar memang, tapi koleksi bukunya cukup beragam, khususnya buku anak. Kebiasaan membaca pun berlanjut hingga remaja walau dari sisi konsistensi terdapat penurunan karena kebanyakan maen😂. Walaupun begitu, ketika saya menemukan buku yang menarik, saya rela mendekam berjam-jam untuk menyelesaikannya.
Nah, postingan kali ini saya ingin share buku-buku apa aja yang memiliki kesan tersendiri di masa itu. Itung-itung nostalgia juga. Hehhe...
Baca juga: Reviu Novel The Newcomer
1. Seri Detektif Cilik Hawkeye Collins dan Amy Adams
Buku ini merupakan salah satu koleksi yang ada di perpustakaan kompleks, sewaktu saya SD. Tentu saja serial ini bukan tentang bercocok tanam cocor bebek sebab dari judulnya sudah jelas, serial detektif cilik hehehe. Berkisah tentang duet maut bocah 12 tahun, Hawkeye si jago sketsa dan Amy si anak lincah, yang karena kepintarannya sering diminta kepolisian lokal dalam memecahkan berbagai kasus. Konsep buku ini terbilang unik, dan menjadi salah satu alasan mengapa saya menyukainya. Jadi, di dalam buku ini tersaji beberapa kasus. Di setiap kasus, Hawkeye akan menggambar sketsa TKP dan dari sana kita diminta untuk mencari kejanggalan dan menebak siapa pelakunya. Seru! Nanti di halaman-halaman terakhir, akan tersaji kunci jawaban yang menjelaskan.... ya, siapa pelakunya dong. Hehe, tapi kunci bukan sembarang kunci jawaban sodara-sodara, untuk membacanya kita harus menghadapkan kunci jawaban tersebut di depan cermin. Wuiiih... keren.
2. Lupus
Ini buku legendaris banget. Kalau sekarang kita punya Raditya Dika, dulu Indonesia punya Hilman Hariwijaya (hingga kini beliau masih aktif menulis loh!). Buku ini berkisah tentang kehidupan remaja bernama Lupus dengan segudang masalah anak muda pada zamannya. Semua tersaji secara kocak. Apalagi ditambah kelakuan lucu dari dua sohibnya, Gusur dan Boim, serta adiknya si Lulu, membuat saya semakin terpingkal. Hilman benar-benar piawai bikin karakter yang nempel, bahkan hingga karakter-karakter pendukungnya. Dan, salah satu seri favorit saya adalah Lupus: The Lost Boy (Salah Culik). Hingga kini seri tersebut enggak bosan-bosan saya baca ulang. Oya, buku ini juga yang menginspirasi saya untuk menulis genre komedi.
3. Goosebumps
Masterpiece karya R.L Stine ini enggak mungkin saya kesampingkan. Baik perpustakaan kompleks maupun perpustakaan sekolah, seri cerita horor anak-remaja ini dulu selalu menjadi primadona. Nggak jarang pula saya harus mengantre untuk meminjamnya. Waktu itu saya juga sempat mengoleksinya, tapi sekarang entah ke mana. Sayang sekali 😓. Goosebumps memiliki banyak seri dengan judul yang berbeda-berbeda. Hantu yang berbeda-beda 💀. Saya masih inget saking seremnya, setelah membaca salah satu seri, dalam beberapa hari saya harus menyalakan lampu ketika tidur malam. Judulnya aja udah serem: Selamat Datang di Rumah Mati, Tetangga Hantu, Rambut Setan, Darah Monster, dan lain-lain. Tapi yang jadi favorit saya yaitu seri di mana hantunya adalah boneka hidup. Serem cuy!
4. Seri Cerita Rakyat Indonesia
Nah, kalau seri yang satu ini saya menemukannya di perpustakaan sekolah (SD). Buku ini juga bejibun serinya dan satu seri menceritakan beberapa cerita rakyat alias legenda dari daerah atau provinsi tertentu. Kalau dipikir-pikir, negara kita emang kaya akan cerita rakyat ya! Membacanya seperti didongengin, namanya juga anak-anak 😂. Nah, selain emang menyenangkan untuk dibaca, buku ini dulu sering saya jadikan referensi ketika ada pe-er Bahasa Indonesia.
5. Novel Dari Jendela SMP
Saya mengenal karya Mira W itu ketika duduk di kelas 1 SMP di Aceh. Kala itu, penggalan-penggalan adegan novel "Dari Jendela SMP" muncul di buku paket Bahasa Indonesia. Bercerita tentang Joko, si anak babu sekolah yang jatuh cinta dengan gadis cantik teman sekelasnya, Wulan. Kisah cinta monyet yang bikin geregetan sekaligus pilu. Sayangnya, karena muncul berupa cuplikan di buku pelajaran, pengalaman membaca saya nggak utuh. Ibaratnya nonton drakor yang harusnya 18 episode, dipenggal mendadak di episode 7. Kentang banget! Pada saat itu saya gagal menemukan novel itu secara utuh baik di perpustakaan maupun di toko buku. Saya juga enggak tahu harus nyari di mana lagi. Akhirnya mau enggak mau saya menjalani hidup dalam penasaran akan nasib si Joko (lebay). Hingga menginjak usia SMA, saya sudah pindah kota, dan di sebuah gerai persewaan buku dan komik saya menemukannya! Rasa penasaran saya terbayar sudah. Penggalan-penggalan yang dulu muncul di buku pelajaran ternyata tak lebih dari 5% dari keseluruhan cerita. Banyak kejutan yang saya temukan di novel tersebut dan yang pasti, "Dari Jendela SMP" emang sangat buuagus! Baru-baru ini saya lihat novel tersebut sudah diadaptasi menjadi sinetron kekinian. Tapi yaah, jauh bangetlah ama bukunya 😋
Itu lima buku yang memberi kesan tersendiri buat saya. Bagaimana dengan kamu? Buku-buku apa aja yang meninggalkan kesan mendalam? Nostalgia yuk!
Kalau soal nostalgia buku paling berkesan, saya pernah punya buku cerita tentang Abu Nawas. Selain ceritanya bikin ketawa, tapi pesan soal agamanya betul-betul sampai ke otak saya yang masih bocah. Sindirannya juga menarik. Jadi kangen pengen baca lagi.
ReplyDeleteTerima kasih telah berkunjung Mas Nandar. Kalau Abu Nawas levelnya udah urban legend, dulu zaman saya, guru-guru agama sering bawain anekdot2nya Abu Nawas. Bener-bener nempel di kepala bocah2 haha
DeleteNah iya, gara" guru ngaji saya nyeritain Abu Nawas, saya jadi penasaran sama bukunya.
DeleteWaaahhh Seri Cerita Rakyat Indonesia dulu aku juga punya beberapa dan rajin aku bacain karena seru aja bacain dari masing2 daerah. Dan goosebumps emang terkenal banget ya, dulu itu berjejer banyak banget di perpustakaan deket rumah tapi aku ga berani baca karena takut ga bisa tidur malemnya 🤣
ReplyDeleteBtw, saya kurang kenal dengan seri detektif yang ini, waktu kecil saya kenalnya lima sekawan dari Enid Blyton dan gak bosen banget baca ini waktu kecil
Terima kasih sudah mampir Kak Tika. Seri cerita rakyat emang seru, banyak nemu dongeng-dongeng baru di sana. Lima sekawan juga terkenal banget dulu, cuma karena terlalu tebal, dulu saya kurang tertarik hahha.. Kalo Seri Detektif Cilik tipis dan kasusnya banyak. Yah, namanya juga waktu bocah ya hahha
Delete